Translate

Kamis, 30 Mei 2013

Cerpen buat tugas bahasa Indonesia (Jaman SMK)

Anugerah Dalam Persahabatan

Aku memperhatikan keramaian dan kemeriahan di pasar malam ini. Banyak rombongan dan pasangan remaja yang bergembira dan bercanda. Wajar saja, ini ‘kan malam liburan sekolah.Jadi para pelajar  terbebas dari tugas sekolah dan pekerjaan rumah yang menumpuk dan dapat bersenang-senang bersama teman-teman sebayanya. Aku juga sudah berada di pasar malam ini selama berjam-jam dan telah mencoba sebagian besar permainan yang ada di pasar  ini.
“Ren, kau mau main apa lagi ?”
“Sudah cukup. Aku capek sekali !” keluhku.
“Baiklah. Aku akan membelikan sesuatu untukmu !”.
Dia lalu beranjak pergi menjauhiku. Aku memandang sosok yang menjauh itu. Sosok cowok yang sangat kukagumi dan kusayangi. Ialah sahabat pertamaku dan tempatku berbagi berbagai masalah yang menimpaku. Aku juga selalu berusaha menjadi sahabat terbaiknya dalam keadaan dan waktu yang bagaimana pun juga.

***
Namanya Kevin, ia murid pindahan dari SMU Pertiwi. Ia cowok yang cukup ramah dan baik hati. Karena itu banyak cewek di kelas yang sangat ingin duduk satu meja dengannya saat perkenalan dulu.
Aku sebenarnya tidak terlalu memperhatikannya ketika pertemuan pertama kami, dikelas Seni Rupa dahulu.
“Hai…siapa namamu ?”,tanya Kevin yang telah duduk di sampingku, mengulurkan tangannya dan tersenyum. Aku menoleh dari atas buku teori Seniku. Dan terperangah, keheranan. Tumben ada anak yang mau menegurku dan menyapaku dengan hangat seperti itu. Sebelumnya tak ada temanku yang mau peduli kepadaku. Sungguh tak terlupakan.
Aku memandang wajah asingnya,”Senyumnya manis sekali… apakah senyum tulus seperti itu …”
“Hei,siapa namamu?”,ulang Kevin, membunyarkan lamunanku.
“Oh,maaf …maaf… Namaku Renyta” ucapku tergagap,menyambut uluran tangannya.

***


Mulai saat itu Kevin menjadi teman pertamaku. Sejak tingkat satu teman-teman dikelasku memang tidak pernah mau berteman atau ngobral denganku, karena aku anak seorang supir taksi. Mereka beranggapan bahwa berteman dengan anak yang kurang mampu akan menurunkan imej  mereka. Tapi, Kevin berbeda, ia banyak membantuku dan mengajariku merajut benang-benang kepercayaan dan harapan dalam sebuah persahabatan.
“Oh…kamu tidak suka Matematika,ya?”.
“Iya, soalnya rumit, banyak hitungan-hitungannya dan kalau aku ada masalah tidak ada yang bisa membantuku. Lebih tepatnya tidak ada yang bersedia”,jelasku saat ia melihat nilai ulangan Matematikaku.
“Sebenarnya, Matematika itu mudah, lho. Kalau kau tahu rumusnya dan banyak berlatih soal.” Hiburnya kala itu. ”Sama seperti Seni Rupamu. Kau harus menyukainya terlebih dahulu. Kalau sudah suka maka segalanya jadi mudah dan menyenangkan.”
“Mana bisa aku menyukai Matematika ?,”ujarku putus asa.
“Bagaimana kalau kita belajar bersama dirumah nenekku setelah pulang sekolah ?” Kevin menawarkan solusi yang langsungku setujui.
“Boleh juga idemu. Lagi pula rumah nenekmu tidak terlalu jauh dari desaku.”
***
Nilai-nilai ulanganku membaik setelah bimbingan dari Kevin. Banyak teman yang terkejut,tapi tak sedikit juga yang menuduhku mencontek Kevin. Tapi Kevin sering membelaku.
“Renyta, tidak mencontek dariku ! Selama ini kami belajar bersama sepulang sekolah jika kalian ingin belajar bersama kami. Kami dengan senang hati akan menerima kalian.”
Karena Kevin aku juga memiliki banyak teman sekarang, tapi tetap saja Kevin adalah sahabat terbaikku. Aku merasa semakin menyukai dan menyayanginya. Dan aku semakin tak ingin kehilangannya.
***
“Kenapa kau mengajakku ke sini dan mentraktirku. Apakah kau ulang tahun?,”tanyaku, keheranan ketika ia mengulurkan es krim bertabur coklat kepadaku.
“Oh…karena aku sedang merayakan sesuatu. Kau tahu Ren, aku ‘kan sangat menyukai Via,”jawabnya dengan mata berbinar-binar. ”Dan kau tahu, aku menyatakan perasaanku kepadanya siang tadi. Dan dia menerimaku…Ternyata cintaku tidak bertepuk sebelah tangan. Ini semua tidak terlepas dari segala saranmu kepadaku…karena itu aku ingin…Ren,  kau mendengarku tidak?” Kevin memandangku .”Apakah kau baik-baik saja… kau sakit?”, ujar Kevin cemas.
“Oh…ya. Tentu aku baik-baik saja. Aku hanya sedikit ngantuk”. Kilahku, tergagap menjawab, aku menunduk menghindari tatapannya. Aku tak menyadari es krim ditanganku telah meleleh menetesi kakiku. Aku melirik arlojiku.
“Wah…sudah malam Ayah pasti khawatir padaku. Ayo, kita pulang sekarang !”ajakku.

***
Selama perjalanan Kevin terlihat sangat bahagia, ia bersenandung kecil. Aku memandangnya diam-diam. Aku belum pernah melihatnya sebahagia ini.
“Aku turut bahagia untuk kebahagianmu, Kev” bisik batinku.”Aku sudah cukup senang dapat mengenalmu dan menjadi sahabatmu. Kau adalah anugerah yang terindah dalam hidupku, sahabatku”
Mobil Kevin berhenti didepan pagar rumahku dan aku turun.
“Terima kasih untuk segalanya,Kev ” ujarku dengan nada senang dan segembira yang dapat kulakukan. “Walau kau sudah milik orang lain kita masih bersahabat, kan?” tanyaku ragu-ragu. Kevin tertawa dan memandangku dengan aneh.
“Tentu saja,Ren. Kau dan aku akan bersahabat untuk selamanya. Nah, selamat malam”
Mobil hitam itu melaju menembus kegelapan malam. Kulambaikan tanganku kearahnya.
“Mimpi indah semoga selalu menyertaimu, Kev”

***

1 komentar: