Translate

Kamis, 30 Mei 2013

masih jaman SMK...dan masih tugas sekolah ..kayaknya... :P

The Rainbow In Your Eyes

          Nayne duduk bersama Awan diperpustakaan, sementara di luar matahari bersinar hangat, kadang redup tertutup awan, membaca halaman demi halaman buku materi tebal. Ia mulai merasa bosan dan mengantuk. Ia memandang Awan dihadapannya yang serius menyalin catatan-catatan dari buku setebal seribu halaman di depannya. Nayne mendesah dan mengistirahatkan kepalanya, menelungkup diatas buku tebal  Easy Networking.
          “Kau sakit ya, Nay?,” terdengar suara Awan. ”Atau malah bosan ?”
          “Aku hanya sedikit pusing,” gumam Nayne lelah. ”Lapar dan meng....”
Nayne berhenti bicara karena Awan telah meletakkan tangannya diatas dahi Nayne, mengeceknya. Nayne mendongak dan langsung bertatapan dengan wajah Awan. Dia langsung melompat berdiri dengan muka merona merah, wajah mereka tadi dekat sekali.
          “Aku tidak apa-apa... Ayo,kita keluar dan cari sesuatu untuk makan siang...” katanya, sambil memasukkan buku-buku dengan asal ke dalam tasnya.
          “Aku tahu tempat yang nyaman untuk belajar.Ayo....,” ajak Awan,menyambar pergelangan tangan Nayne dan menyeretnya keluar dari perpustakaan.

JJJ
          Hujan turun deras menyelimuti sekolah dan halamannya sekarang. Nayne berdiri gemetar disamping sebuah mobil sport hitam. Dia tiba ditempat parkir sekolah lebih cepat 10 menit dari seharusnya. Ia mengalihkan perhatiannya ke mobil hitam disampingnya.
            “Huuh...pasti nyaman dan hangat berada didalamnya,” batinnya jengkel.
Terdengar deru motor,Nayne langsung menoleh.
            “Sudah lama ya?,” tanya Awan setelah turun dari motornya, ”Apa yang ingin kau bicarakan?,” tanyanya melangkah mendekati Nayne.
            “Aku hanya ingin kau menjelaskan kepada pacarmu bahwa kita hanya berteman dan jangan pernah mengganggu hidupku,” jawab Nayne tanpa basa basi.
            “Ha?! Pa...pacarku???”
            “Yep,beberapa hari terakhir,dia menelponku dan memaki-maki menuduh aku merebut kamu dari pelukannya,” Nayne memberi tekanan pada kata aku dan kamu.
            “Eh..?!Tunggu,aku juga dapat telepon seperti itu dari seseorang yang mengaku pacarmu.....bahkan aku ditantang untuk berkelahi dilapangan bola....,”tukas Awan.
            “Hah?!? Pacar siapa?? Aku tidak punya pacar...,”
            “O....jadi begitu,”gumam Awan,melepas jaketnya dan menyampirkannya dibahu
“Dengar...,Wan. Aku tidak suka dituduh merebut cowok orang lain,.....”
”Kalau begitu, langsung tutup teleponnya kalau dapat lagi ... kau tahu....banyak cowok tampan dan keren dikelas Teknik  B,kan?,”
            “Dan apa maksudmu?,” tanya Nayne,tajam.
            “Kau kan bisa berkencan dengan teman kelasmu untuk ... “
            “Kenapa kau berpikiran begitu. . .”tanya Nayne,dingin.
            “Bukannya itu tujuanmu? Sama dengan gadis lain? Cowok keren dan . . .”
            “Plak....”
            Nayne menampar Awan sebelum berlari menerobos hujan sekilas Awan melihat air matanya  berlinangan.

JJJ
            Setelah itu, Nayne bersikap sangat dingin kepada Awan di sekolah, satu kali jam istirahat sudah cukup untuk membuktikan ini. Awan berpikir jelas dia marah kepadanya. Nayne tidak bicara kepadanya walaupun mereka mengambil kue tart radi nampan yang sama di kantin sekolah.

JJJ
            “Dulu Ayne,bukan gadis periang seperti yang kau kenal sekarang. Saat masih kelas VI SD orang tuanya bercerai. Tapi,meskipun masih anak-anak,ia telah memahami semuanya... dan hatinya ikut hancur bersama kebahagiaan keluarganya...aku tak pernah lagi melihatnya tertawa ataupun menangis... Tapi,ia terlihat sangat gembira saat bersamamu...aku selalu mengawasi kalian...kau adalah satu-satunya orang yang bisa menghidupkan tawanya,hal yang tidak bisa kulakukan sebagai sahabatnya selama 5 tahun terakhir...Jadi, jika kau membuatnya terluka dan menangis lagi ... Aku tidak akan mema’afkanmu, walaupun Soka yang memohon. Karena,Nayne penting bagiku,” suara Narita, sahabat Nayne, terus terngiang ditelinga Awan.

JJJ
Mereka sudah sampai dirumah sakit. Setelah memarkir mobil,Soka segera berlari masuk ke dalam diikuti oleh Awan. Mereka akhirnya sampai disebuah kamar yang diatas pintu bertulis Sakura 1306. Mereka masuk kedalam.
            “Nayne...,”gumam Awan, kaget, berlari mendekat.
Nayne terbaring dengan wajah pucat, disamping ranjangnya Narita, sahabat Nayne dan kekasih Soka, memandangnya dengan wajah sedih dan menggelengkan kepalanya yang cantik. Ia menangis didalam tangannya, Soka segera memeluknya dan setengah memapah dia membawa Narita keluar dari ruangan itu. Awan menggenggam tangan Nayne, tangannya dingin. Ia merasa sangat sedih. Nayne adalah sahabat yang paling dicintainya. Walau ia tidak pernah mengakuinya.
            Sekarang Awan berlutut disamping ranjang Nayne. Dengan hati yang pedih ia berbisik ditelinga Nayne, ”Nay,aku mencintaimu. Tolong jangan tinggalkan aku ya....”.Ia merasa sangat sedih dan menyesal.” Ma’af selama ini aku tidak adil kepadamu...sering membuatmu sedih dan menangis...aku....”
            “Berisik sekali...”gumam Nayne, duduk diatas ranjangnya, sebelah tangannya memegang kepalanya yang dibalut perban dan memandang Awan yang kaget.
            Awan langsung memeluk Nayne, dan berbisik ditelinganya,
”Aku mencintaimu...aku...takut sekali akan kehilanganmu....Ma’afkan aku...”
“Kau apa-apaan sih?” tukas Nayne, berusaha mendorong tubuh Awan menjauh darinya.
“Bagaimana keadaanmu? Ini salahku .... ” ucap Awan, melepas pelukannya.
“Kau kenapa sih ?”,tanya Nayne, mengerutkan keningnya heran.
” Aku cuma terserempet mobil. Besok juga aku sudah rawat jalan.
Wow . . .lihat. Pelangi.....” tambahnya menunjuk jendela.
Ia melempar kakinya turun dari ranjang dan terhuyung kedalam pelukan Awan yang telah berdiri dihadapannya. Rasa sakit dikakinya yang tadi tak dirasakannya,sekarang menyerangnya sepenuhnya.
”Ouch. . .ma’af aku lupa kalau kakiku juga retak,hehehe....”
“Dasar selalu begitu. . .kau tetap keras kepala ya ...”
Nayne tersenyum,meraih tongkat penyangga kakinya,memandang Awan dan berkata,
“Mau ikut ke taman... disamping rumah sakit ini,tidak jauh kok”
“Tidak apa-apa ” tambah Nayne, ketika Awan memegang lengannya dan membimbingnya menyusuri koridor. ” Besok aku kan sudah rawat jalan.”
Mereka telah tiba di taman rumah sakit. Nayne berdiri disangga tongkatnya dibawah naungan pohon flamboyan, menginjak rumput rendah yang basah oleh gerimis tadi pagi.
“Indah sekali ya...” desahnya kagum, mendongkkan kepalanya memandang pelangi di langit.“Rasanya lebih indah dibanding waktu kita melihatnya saat di bukit itu”
“Ya,kau benar,Nay.Tapi,kupikir lebih indah pelangi dimatamu,Nay”
“Eh...?!?”
            Awan berdiri dihadapan Nayne,memeluknya. Nayne merasa taman bunga itu mendadak bertambah harum semerbak seribu kali lipat.
            “Bolehkah aku melihat pelangi itu dalam sisa hidupku,Nayne?,”bisiknya ditelinga Nayne. Awan melepas pelukannya dan memegang kedua lengan Nayne.
            Nayne memandang mata hitam Awan, dia  melihat pelangi yang paling indah didalamnya dan ia tidak lagi merasakan sakit dikakinya. Karena ia merasa terbang meniti pelangi layaknya para bidadari yang pulang ke negeri khayangan.
            “Woi...stop...!”terdengar teriakan Soka, membanting khayalan mereka, dan Awan serta Nayne saling melepaskan diri. Nayne langsung terhuyung, Awan segera memegang lengannya dan memapahnya ke kursi taman.
            “Nah,...kau belum sehat kan? Kenapa malah keluar kamar untuk berpelukan dengan Awan, begitu ?” tuntut Narita, duduk disamping Nayne, tapi ia tersenyum geli. ”Ngomong-ngomong, bagaimana akting kami ? Keren kan ?”
            “Apa maksudmu, Narita?” tanya Awan, heran.
            “Ehmmm.....kamilah yang meneror kalian beberapa hari yang lalu” jawab Soka.
            “Yap....kalian berhutang kepada kami, karena kamilah kalian bisa saling mengetahui perasaan kalian yang sesungguhnya.....Ouch.....” kata Narita, ketika Nayne menginjak kakinya.
            “Kenapa kalian......?” tanya Awan, keheranannya bertambah.
            “Karena,...kalian menggemaskan saling mencintai tapi tidak pernah saling mengungkapkan. Kalian sama-sama pemalu. Menyebalkan.....” jawab Narita geli.

            “Lalu, Nayne malah kecelakaan. Jadi, kami pikir bisa untuk menguji perasaanmu,...” lanjut Soka. 
                   JJJ

Cerpen buat tugas bahasa Indonesia (Jaman SMK)

Anugerah Dalam Persahabatan

Aku memperhatikan keramaian dan kemeriahan di pasar malam ini. Banyak rombongan dan pasangan remaja yang bergembira dan bercanda. Wajar saja, ini ‘kan malam liburan sekolah.Jadi para pelajar  terbebas dari tugas sekolah dan pekerjaan rumah yang menumpuk dan dapat bersenang-senang bersama teman-teman sebayanya. Aku juga sudah berada di pasar malam ini selama berjam-jam dan telah mencoba sebagian besar permainan yang ada di pasar  ini.
“Ren, kau mau main apa lagi ?”
“Sudah cukup. Aku capek sekali !” keluhku.
“Baiklah. Aku akan membelikan sesuatu untukmu !”.
Dia lalu beranjak pergi menjauhiku. Aku memandang sosok yang menjauh itu. Sosok cowok yang sangat kukagumi dan kusayangi. Ialah sahabat pertamaku dan tempatku berbagi berbagai masalah yang menimpaku. Aku juga selalu berusaha menjadi sahabat terbaiknya dalam keadaan dan waktu yang bagaimana pun juga.

***
Namanya Kevin, ia murid pindahan dari SMU Pertiwi. Ia cowok yang cukup ramah dan baik hati. Karena itu banyak cewek di kelas yang sangat ingin duduk satu meja dengannya saat perkenalan dulu.
Aku sebenarnya tidak terlalu memperhatikannya ketika pertemuan pertama kami, dikelas Seni Rupa dahulu.
“Hai…siapa namamu ?”,tanya Kevin yang telah duduk di sampingku, mengulurkan tangannya dan tersenyum. Aku menoleh dari atas buku teori Seniku. Dan terperangah, keheranan. Tumben ada anak yang mau menegurku dan menyapaku dengan hangat seperti itu. Sebelumnya tak ada temanku yang mau peduli kepadaku. Sungguh tak terlupakan.
Aku memandang wajah asingnya,”Senyumnya manis sekali… apakah senyum tulus seperti itu …”
“Hei,siapa namamu?”,ulang Kevin, membunyarkan lamunanku.
“Oh,maaf …maaf… Namaku Renyta” ucapku tergagap,menyambut uluran tangannya.

***


Mulai saat itu Kevin menjadi teman pertamaku. Sejak tingkat satu teman-teman dikelasku memang tidak pernah mau berteman atau ngobral denganku, karena aku anak seorang supir taksi. Mereka beranggapan bahwa berteman dengan anak yang kurang mampu akan menurunkan imej  mereka. Tapi, Kevin berbeda, ia banyak membantuku dan mengajariku merajut benang-benang kepercayaan dan harapan dalam sebuah persahabatan.
“Oh…kamu tidak suka Matematika,ya?”.
“Iya, soalnya rumit, banyak hitungan-hitungannya dan kalau aku ada masalah tidak ada yang bisa membantuku. Lebih tepatnya tidak ada yang bersedia”,jelasku saat ia melihat nilai ulangan Matematikaku.
“Sebenarnya, Matematika itu mudah, lho. Kalau kau tahu rumusnya dan banyak berlatih soal.” Hiburnya kala itu. ”Sama seperti Seni Rupamu. Kau harus menyukainya terlebih dahulu. Kalau sudah suka maka segalanya jadi mudah dan menyenangkan.”
“Mana bisa aku menyukai Matematika ?,”ujarku putus asa.
“Bagaimana kalau kita belajar bersama dirumah nenekku setelah pulang sekolah ?” Kevin menawarkan solusi yang langsungku setujui.
“Boleh juga idemu. Lagi pula rumah nenekmu tidak terlalu jauh dari desaku.”
***
Nilai-nilai ulanganku membaik setelah bimbingan dari Kevin. Banyak teman yang terkejut,tapi tak sedikit juga yang menuduhku mencontek Kevin. Tapi Kevin sering membelaku.
“Renyta, tidak mencontek dariku ! Selama ini kami belajar bersama sepulang sekolah jika kalian ingin belajar bersama kami. Kami dengan senang hati akan menerima kalian.”
Karena Kevin aku juga memiliki banyak teman sekarang, tapi tetap saja Kevin adalah sahabat terbaikku. Aku merasa semakin menyukai dan menyayanginya. Dan aku semakin tak ingin kehilangannya.
***
“Kenapa kau mengajakku ke sini dan mentraktirku. Apakah kau ulang tahun?,”tanyaku, keheranan ketika ia mengulurkan es krim bertabur coklat kepadaku.
“Oh…karena aku sedang merayakan sesuatu. Kau tahu Ren, aku ‘kan sangat menyukai Via,”jawabnya dengan mata berbinar-binar. ”Dan kau tahu, aku menyatakan perasaanku kepadanya siang tadi. Dan dia menerimaku…Ternyata cintaku tidak bertepuk sebelah tangan. Ini semua tidak terlepas dari segala saranmu kepadaku…karena itu aku ingin…Ren,  kau mendengarku tidak?” Kevin memandangku .”Apakah kau baik-baik saja… kau sakit?”, ujar Kevin cemas.
“Oh…ya. Tentu aku baik-baik saja. Aku hanya sedikit ngantuk”. Kilahku, tergagap menjawab, aku menunduk menghindari tatapannya. Aku tak menyadari es krim ditanganku telah meleleh menetesi kakiku. Aku melirik arlojiku.
“Wah…sudah malam Ayah pasti khawatir padaku. Ayo, kita pulang sekarang !”ajakku.

***
Selama perjalanan Kevin terlihat sangat bahagia, ia bersenandung kecil. Aku memandangnya diam-diam. Aku belum pernah melihatnya sebahagia ini.
“Aku turut bahagia untuk kebahagianmu, Kev” bisik batinku.”Aku sudah cukup senang dapat mengenalmu dan menjadi sahabatmu. Kau adalah anugerah yang terindah dalam hidupku, sahabatku”
Mobil Kevin berhenti didepan pagar rumahku dan aku turun.
“Terima kasih untuk segalanya,Kev ” ujarku dengan nada senang dan segembira yang dapat kulakukan. “Walau kau sudah milik orang lain kita masih bersahabat, kan?” tanyaku ragu-ragu. Kevin tertawa dan memandangku dengan aneh.
“Tentu saja,Ren. Kau dan aku akan bersahabat untuk selamanya. Nah, selamat malam”
Mobil hitam itu melaju menembus kegelapan malam. Kulambaikan tanganku kearahnya.
“Mimpi indah semoga selalu menyertaimu, Kev”

***